SATUMAKNA.ID, JAKARTA – Selama sembilan belas kali digelarnya ajang Penghargaan Achmad Bakrie (PAB), baru kali ini ada generasi milenial masuk dalam nominasi dan terpilih sebagai salah satu dari empat tokoh, yang didaulat meraih PAB.
Sosok tersebut tidak lain adalah Carina Joe, ilmuwan Indonesia, yang merupakan figur penting di balik cerita sukses produksi masal dan super cepat vaksin Oxford AstraZeneca, vaksin Covid 19, dari Inggris.
Wanita yang memiliki nama lengkap Carina Citra Dewi Joe, lahir di Indonesia, pada 21 April 1989. Saat ini, Joe baru berusia 34 tahun, masuk kategori generasi milenial.
Carina bergabung di Oxford AstraZeneca, dalam tim manufaktur. Tim ini bertugas memproduksi vaksin dalam skala besar, agar bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat seluruh dunia.
Carina berhasil menemukan formula ‘dua sendok makan sel’ atau 30 mililiter sel. Formula 30 mililiter sel tu ditemukan Carina pada 15 Januari 2020. Temuan ini memungkinkan produksi vaksin lebih banyak 10 kali lipat, terus berkembang menjadi 20 kali lipat, dengan menggunakan sel hanya sekitar dua sendok makan.
Dari percobaan awal ini, jumlah sel ditingkatkan terus sampai pada skala produksi besar melalui kerja sama dengan berbagai laboratorium di seluruh dunia. Temuan ini menjadi landasan produksi besar vaksin Oxford AstraZeneca dan bisa diproduksi dengan harga semurah mungkin.
Berkat penemuan Carina, vaksin Oxford AstraZeneca menjadi vaksin yang paling luas jangkauannya, dengan lokasi produksi pada lebih dari 12 laboratorium di lima benua. Vaksin ini digunakan di lebih dari 184 negara, termasuk Indonesia. Produksinya mencapai empat miliar dosis dengan harga yang terjangkau.
Produksi vaksin dalam skala besar dalam waktu singkat, yang dilakukan Universitas Oxford dan AstraZeneca serta sejumlah produsen lain, pertama terjadi dalam pandemi Covid-19. Biasanya produksi vaksin memakan waktu setidaknya 10 tahun.
Carina Joe saat memberikan sambutan pada acara penganugerahan PAB XIX 20203 mengakui, laboratorium Oxford, tempat ia menemukan formula 30 mililiter sel, bukanlah sebuah laboratoroum yang canggih.
“Waktu saya lihat pertama kali laboratoroumnya, rasanya saya ingin kembali ke Australia. Boleh dikatakan laboratorim bututlah. Jauh dari kata modern,” kenang Carina saat pertama kali bekerja di laboratoroum Oxford.
Namun, niat kembali ke Australia diurungnya. Ia kembali teringat akan tujuanya bergabung dengan tim peneliti Oxford AstraZaneka. “Saya ingin menyelamatkan jutaan orang yang berpotensi kehilangan nyawa karena covid. Itulah yang membuat saya bertahan dan bekerja tanpa lelah selama percobaan demi percobaan,” katanya.
Carina mengakui, tidak pernah bermimpi menemukan hal yang besar dalam hidupnya. “Saya tidak pernah bermimpi melakukan hal yang sebesar itu dalam hidup saya. Tapi saya percaya, hal-hal yang besar bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Yang paling penting adalah kita tau bagaimana cara melakukanya dan tau apa tujuanya, yaitu ingin membantu sebanyak mungkin orang,” kata Carina.
Pesan bagi kamum muda, untuk menjadi ilmuwan, harus bisa menerima kegagalan. “Karena kalau sukses terus berarti riset kamu, bukan sesuatu yang penting. Untuk menemukan suatu inovasi baru, harus keluar dari zona nyaman, karena itu pasti banyak kegagalannya. Tidak masalah jika gagal. Teruslah mencoba,” pesan Carina.
Lebih lanjut menurut Carina, yang dibutuhkan untuk menjadi ilmuwan adalah ketekunan, kejujuan dan kerja keras. “Dan ketika kamu berada pada titik terendah, kamu harus ingat, menjapa dulu memilih menjadi ilmuwan. Intinya kita mau membantu dan menolong orang lain,” kata Carina.
Selain Carina, ada tiga tokoh lain penerima PAB XIX 2023. Mereka adalah Fachry Ali untuk bidang Pemikiran Sosial, Joko Pinurbo untuk bidang Sastra dan Andrijono untuk bidang Kedokteran.
Ketua Panitia PAB XIX 2023, Aninditha Anestya Bakrie mengatakan, penerima penghargaan tahun ini dipilih melalui seleksi ketat tim juri yang terdiri dari, tim Freedom Institute, perwakilan Bakrie Group dan pakar atau konsultan independen.
Mereka yang terpilih tahun ini adalah orang Indonesia yang selama ini mengabdikan hidupnya untuk orang banyak. Ini sesuai amanah H. Achmad Bakrie, yang dikenal dengan Tri Mantra Achmad Bakrie, yakni, keidonesiaan, kemanfaatan dan kebersamaan” kata Ditha, sapaan akrab Aninditha Anestya Bakrie.
Adapun Co-Founder PAB Rizal Mallarangeng mengatakan pemilihan empat tokoh tersebut telah melalui diskusi yang panjang dan pertimbangan yang matang.(*)